Sabtu, 30 Januari 2016

Penambangan Intan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Salah satu dasar dari ilmu pertambangan adalah ilmu geologi, dimana dalam geologi kita pelajari tentang kristalografi dan mineralogi (KrisMin). Dalam krismin, akan kita pelajari tentang kristal dan mineral, yang merupakan unsur penyusun kerak bumi. Itulah sebabnya sebagai calon ahli pertambangan maka ilmu ini wajib dipahami sebagai dasar.
Pengenalan geologi khususnya krismin yang cenderung abstrak seringkali menyulitkan praktikan dalam memahasi konsep keilmuannya. Selain itu, peralatan dan ketersediaan alat yang menunjang kegiatan praktikum dirasa masih kurang semakin menyulitkan praktikan untuk memahami. Oleh sebab itu maka tim asisten berinisiatif untuk lebih mengenalkan tentang krismin tersebut kepada praktikan dengan mengajak langsung ke lapangan. Dengan dilaksanakannya kunjungan lapangan ini diharapkan nantinya para praktikan dapat lebih memahami konsep dasar keilmuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di ruangan ke lapangan secara langsung.
Di kota Banjarbaru dan sekitar Kabupaten Banjar sendiri banyak lokasi yang dirasa dapat memberikan pengalaman tersebut kepada praktikan. Dimana praktikan dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat. Tim asisten akan mengajak praktikan menuju lokasi pendulangan intan tradisional di Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka dan Lembaga Pengembangan dan Sertifikasi Batumulia (LPSB) Martapura.
Praktek lapangan adalah penerapan seorang mahasiswa/i pada dunia kerja nyata yang sesungguhnya, yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapatkan dalam praktikum.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu agar:
a.    Praktikan memahami tentang pengertian kristal dan mineral
b.   Praktikan memahami menggunakan GPS dan peta geologi serta interpretrasinya
c.    Praktikan mengerti bagaimana menentukan klasifikasi sistem Kristal
d.   Praktikan mengerti bagaimana asosiasi mineral dengan batuan
e.    Praktikan mengerti bagaimana proses pembentukan mineral di alam
f.    Praktikan mampu mendeskripsikan sifat fisik mineral secara megaskopis dan memahami secara mikroskopis
g.   Praktikan memahami tentang proses pengolahan mineral batumulia


BAB II
DASAR TEORI




2.1. Dasar Teori
Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Proses penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan dulang juga dengan cara modern dengan menggunakan mesin penyedot.
2.1.1. Pengertian Intan
Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan dan berbagai penerapan di dalam dunia industry.
Intan terutama ditambang di Afrika Tengah dan Selatan, walaupun kandungan intan yang signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia, Brasil, dan Australia. Sekitar 130 juta “karat” (26.000 kg) intan ditambang setiap tahun, yang berjumlah kira-kira $9 miliar dolar Amerika. Selain itu, hamper empat kali berat intan dibuat di dalam makmal sebagai intan sintetik (synthetic diamond).
Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua daerah di Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan baik yang secara tradisional ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-mesin yang canggih.
2.1. 2. Kondisi umum penambangan intan Kecamatan Cempaka
Kecamatan Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang terletak 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan atau Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur.
Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150 meter di atas permukaan laut (Pusat Statistik Provinsi Kalimatan Selatan: 1993 ). Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau Ujung Murung misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.
Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2  dengan jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Desa Pumpung. Desa Pumpung, terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.
Di Kecamatan ini, area tanahnya merupakan tanah pendulangan.  Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pendulangan intan (M. Syafruddin Saleh, 1983).  Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel. Dari Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam. Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama 15 menit, langsung menuju kawasan tersebut.

2.1.3. Explorasi Intan
Tahap pertama dalam eksplorasi berlian adalah identifikasi dari suatu daerah atau wilayah yang memiliki potensi untuk menjadi tuan rumah deposito berlian . Kadang-kadang proses ini disederhanakan dengan penemuan berlian sebelumnya , misalnya, craton Slave di Wilayah barat laut Kanada dan Nunavut Dalam situasi lain , di mana penemuan bantalan diamond atau deposito ekonomi belum diwujudkan , berbagai disiplin ilmu geologi termasuk geofisika , mineralogi , morfologi dan studi struktural digunakan untuk mengarahkan fokus upaya eksplorasi .
Setelah suatu daerah dianggap prospektif telah dipilih, wilayah sasaran tertentu harus didefinisikan . Hal ini umumnya dicapai melalui pengambilan sampel mineral indikator , teknik eksplorasi digunakan di seluruh dunia oleh perusahaan-perusahaan mencari berlian . Hasil dari program pengambilan sampel skala regional dapat digunakan untuk mengidentifikasi area untuk akuisisi klaim mineral .
Para ahli geologi merujuk ke daerah-daerah yang mengembalikan konsentrasi terpenting mineral indikator sebagai " anomali " . Daerah ini kemudian diteliti lebih lanjut dengan menggunakan lebih rinci mineral indikator grid pengambilan sampel serta teknik geofisika . Survei geofisika memungkinkan penjelajah untuk menyimpulkan formasi geologi dan struktur yang terletak di bawah lapisan penutup permukaan dan danau . Survei geofisika udara umumnya digunakan untuk menutupi area yang luas sangat cepat . Tanah berbasis survei geofisika digunakan untuk memperbaiki setiap target diidentifikasi dari survei udara dan untuk menyelidiki lebih lanjut target potensial diidentifikasi melalui pengambilan sampel mineral indikator , prospeksi atau pemetaan geologi .
Setelah koleksi , sampel mineral indikator adalah pra - disaring untuk menghilangkan kerikil , jalanan batu dan bahan-bahan non - kimberlitic besar lainnya dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk diproses lebih lanjut . Laboratorium Stornoway ini menggunakan kombinasi fleksibel metode untuk memproses glasial sampai dan fluvial sampel untuk menentukan kelimpahan dan sifat mineral indikator kimberlitic bahwa mereka mengandung .
Pengolahan awal dimulai dengan konsentrasi utama melalui penggunaan tabel Wifley . Perangkat ini mengambil keuntungan dari berat jenis tinggi yang mencirikan indikator mineral dan memungkinkan mereka untuk dipisahkan dari bahan sampel lainnya melalui penggunaan film tipis air yang mengalir ditambah dengan agitasi . Selain itu, teknik pengolahan mineral indikator memanfaatkan berbagai metode lain .
2.1.4. Exploitasi Intan
Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka. Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan.
Intan terutama ditambang dari pipa-pipa vulkanis, tempat kandungan intan yang berasal dari bahan-bahan yang dikeluarkan dari dalam Bumi karena tekanan dan temperaturnya sesuai untuk pembentukan intan. Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual maupun dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot tanah yang sudah digali.
Tanah yang disedot bersama air dipilah melalui tapisan. Dengan keterampilannya, si penambang bisa membedakan batu biasa, pasir, atau intan. Intan yang baru didapat ini disebut “galuh”. Galuh ini masih merupakan intan mentah. Untuk menjadikannya siap pakai, intan harus digosok terlebih dahulu. Penggosokan intan yang ada di masyarakat sebagian besar masih dengan alat tradisional.
Mendapatkan/mencari intan secara tradisional merupakan pekerjaan yang banyak digeluti oleh masyarakat banjar. Salah satu alat untuk mencari intan cara tradisional dikenal dengan nama dulang dalam bahasa daerah sana. Dulang (berbentuk semacam caping) yang terbuat dari kayu ulin (kayu besi) atau kayu jingga. Sedangkan proses untuk mendapatkan intan sendiri dinamakan dengan mendulang. Caranya: material berupa pasir, batu-batuan kecil, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah bercampur menjadi satu diambil dari dalam lubang galian yang dibuat dengan kedalaman tertentu dimuat ke dalam dulang sesuai dengan kapasitas dari setiap dulang yang digunakan, selanjutnya dulang yang telah terisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga sedikit demi sedikit material dari dalam dulang terbuang keluar dari dulang terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat putaran yang dilakukan sambil sekali-kali pendulang mengamati sisa material yang berada dalam dulang apakah terdapat intan atau tidak. Hal tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam dulang terbuang habis dari dalam dulang. Kegiatan tersebut dilakukan sepanjang harinya oleh penambang tradisional intan, dan belum tentu kegiatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang bisa dibawa pulang sebagai pendapatan hari itu. Mencari barang yang belum tentu dapat itu sangat membutuhkan kesabaran dan keuletan yang tinggi dari para pendulang. Kegiatan mendulang biasanya dilakukan secara berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-5 orang ataupun lebih. Kenapa hal tersebut dilakukan secara berkelompok  Karena setiap orang mempunyai tugas masing-masing yang berbeda-beda. Ada yang bertugas membuat/menggali lubang. Ada yang lain bertugas mengangkut material galian kelokasi pendulangan. Sedangkan yang lainnya lagi bertugas mendulang material yang telah terangkut tadi. Biasanya di tempat pendulangan dipasang semacam tenda untuk menghindari panasnya terik matahari.
Dalam system mencari intan secara berkelompok ini biasanya hasil yang didapat dibagi secara merata kepada setiap orangnya dalam kelompok tersebut. Hal tersebut juga tidak mutlak begitu aturannya namun kebanyakkan begitu yang dilakukan, atau juga tergantung dari kesepakatan awalnya bagaimana? Perlu diketahui juga bahwa para penambang tradisional tersebut lahan yang digunakan juga kadang-kadang tidak milik sendiri tetapi milik orang lain. Jadi hasil yang didapat semakin kecil apabila semakin banyak orang terlibat dalam sebuah kelompok penambang intan. Banyak orang yang terlibat dalam usaha mendapatkan intan apabila kita melihat dari proses awalnya. Bermula sebuah intan berasal dari para penambang tersebut. Ada juga kelompok yang khusus mengumpulkan hasil dari penambang tersebut yang datang secara langsung ke lokasi penambangan. Kelompok tersebut dinamakan para pengumpul intan dan biasanya orang-orang yang sudah memiliki modal sendiri atau memakai modal orang lain dalam mengumpulkan intan. Selanjutnya dari para pengumpul ini dijual lagi kepengumpul yang besar untuk diolah menjadi intan-intan yang bernilai jual tinggi. Atau juga intan tersebut langsung di jual kepada para pengumpul yang berasal dari luar sebelum diolah menjadi berbagai macam bentuk yang menarik seperti mata cincin, kalung, gelang, dan lain sebagainya. Namun tetap saja yang menjadi bagian yang paling bawah adalah para pekerja yang secara langsung bekerja dilapangan. Daerah yang cukup terkenal sebagai tempat penghasil intan di Banjarmasin seperti Martapura, Kampung Cempaka, Karang Intan, Awang Bangkal, Sungai Besar, Matraman. Daerah-daerah tersebut yang menjadi salah satu tempat yang banyak menghasilkan intan. Demikian sulit proses mendapatkan sebuah intan, namun mengingat harga yang tinggi dibandingkan dengan harga barang tambang yang lain yang ditawarkan tetap saja hal tersebut menjadi pekerjaan yang banyak diminati oleh masyarakat. Intan ditentukan berdasarkan karatnya. Semakin besar karat semakin tinggi juga harga yang didapat. Mencari barang yang langka dan belum tentu kapan dapatnya tergantung dari rejeki dari masing-masing pendulangnya. Menambang intan secara tradisional menggunakan dulang Penambangan intan modern menggunakan mesin penyedot
2.1.5.  Dampak Eksploitasi Penambangan Intan
Kegiatan penambangan intan dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia, serta biologi tanah maupun air, melalui pengupasan tanah lapisan atas penambangan, pencucian, serta pembuangan tailing. Dengan demikian sifat tanah asli atau semula berubah menjadi sifat tanah tailing.
Sistem penambangan intan di Kecamatan Cempaka Banjarbaru adalah menggunakan sistem “dumping”, yaitu suatu cara penambangan dengan mengupas tanah permukaan yang kemudian dilanjutkan dengan penggalian, namun setelah selesai penambangan, lapisan tanah atas (top soil) tidak dikembalikan ke tempat asalnya. Secara fisik, keadaan lokasi bekas tambang sangat buruk, berupa lubang-lubang besar mirip seperti danau dan dikelilingi tumpukan-tumpukan tanah bekas galian, seperti bukit-bukit kecil yang tidak beraturan. Dengan kondisi demikian, apabila areal bekas tambang tersebut dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, maka sangat sulit dalam pengelolannya.
Untuk mengembalikan kualitas bekas areal sehingga dapat dijadikan lahan pertanian memerlukan investasi yang sangat besar, yang sebenarnya kewajiban penambang.
Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah. Pembongkaran lahan secara besar-besaran juga menyebabkan terjadinya bentang alam (morfologi dan topografi), yaitu perubahan sudut pandang dan bentuk lereng. Pengupasan, penimbunan tanah penutup dari penggalian sumber daya alam menimbulkan perubahan pada drainase, debit air sungai, dan kualitas permukaan pada saat hujan. Aspek tersebut adalah:
a.        Aspek Hidrologi
Pada musim hujan, mata air keluar di banyak tempat pada lembah- lembah di kaki bukit, tetapi pada musim kemarau sebagian besar dari mata air tersebut kering karena di sepanjang bukit sebagian besar sudah gundul. Pada beberapa lembah yang agak dalam dan datar sering ditemukan rawa atau genangan air yang cukup besar terutama di musim hujan. Genangan-genangan tersebut mempunyai kenampakan air yang bermacam-macam, dengan warna cokelat karena keruh, warna kehijauan sampai warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air di dalam kolam-kolam tersebut juga beragam.
b.       Aspek Geologi
Tumpukan batuan penutup (overburden) yang dibiarkan tertutup secara tidak teratur bukaan tambang menghasilkan bukit-bukit kecil dan lubang-lubang. Demikian juga bekas bukaan yang tidak ditutup kembali juga akan menghasilkan lubang yang akan terisi oleh air hujan. Kenyataan di lapangan yang banyak terdapat kolam berisi air hujan, mengindikasikan bahwa timbunan tanah bekas galian bersifat kedap air, resapan air hujan untuk membentuk sistem air tanah sangat kecil.
c.       Erosi Tanah
Erosi tanah bersifat permanen dan merupakan salah satu dampak utama dan aktifitas penambangan. Erosi tanah menimbulkan dampak lanjutan yaitu menurunnya kesuburan tanah di lahan terbuka sekitar lubang tambang dan sedimentasi sungai. Sedimen hasil erosi tanah diangkut oleh aliran air larian (runoff) masuk ke dalam sungai pada di ujung tekuk lereng dalam daerah tadah (catchment area).
d.      Longsoran Tanah
Longsoran (overburden) dan waste rock dapat menimbulkan dampak lanjutan berupa sedimentasi sungai. Karena jumlah overburden da waste rock cukup banyak. Hal ini berdampak negative terhadap lingkungan yang bersifat permanen.
e.         Sedimentasi Sungai
Sedimentasi dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian yang masuk ke dalam sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan dampak yang signifikan, tetapi sedimentasi belum tentu mempunyai dampak yang signifikan. Sedimentasi sungai selain ditentukan oleh jumlah sedimentasi yang masuk ke sungai, juga ditentukan oleh factor-faktor hidrologi sungai, seperti kecepatan arus, pola arus sungai, kelandaian dasar sungai dan morfologi dasar sungai.
f.       Gangguan Estetika Lahan
Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan dengan penambangan terbuka. Lokasi kegiatannya berderet-deret di daerah perbukitan yang memberikan pemandangan deretan lahan terbuka berwarna cokelat, kontras dengan daerah bervegetasi yang Nampak hijau. Perubahan bentuk lahan dan kerusakan lainnya Nampak jelas dari kejauhan yang terlihat jelas karena letaknya yang cukup tinggi. Hal ini akan menimbulkan gangguan terhadap estetika lahan yang harmonis.

g.      Pencemaran Sungai
Seperti aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia, pertambangan intan di Kalsel juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang cukup parah. Kegiatan eksploitasi, lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali –apalagi dilakukan reklamasi— telah mengakibatkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Limbah yang dihasilkan dari proses pencucian mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya. Pembiaran lubang-lubang bekas galian yang ditinggalkan begitu saja dan pencemaran lingkungan akibat aktivitas pertambangan tersebut seperti debu, rembesan air asam tambang dan limbah pencuciannya terjadi di hampir semua lokasi pertambangan dan bahkan mencemari air/sungai yang dimanfaatkan oleh warga.  Akibat pengelolaan yang buruk ini terjadi kerusakan lingkungan dan kehancuran ekosistem di banyak tempat, praktek pelanggaran terhadap hak-hak rakyat, perampasan sumber kehidupan rakyat, dan penghancuran nilai-nilai dan budaya masyarakat adat/lokal. Pengelolaan, hingga eksploitasi yang mestinya dapat meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan bagi rakyat Kalimantan Selatan malah justru sebaliknya menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup parah, peminggiran terhadap masyarakat lokal/adat dan kemiskinan. Saat ini pertambangan intan telah menghancurkan sumber daya alam di Kalsel. Aktivitas pertambangan terbuka yang telah menghabiskan tutupan lahan mengancam keberadaan daerah aliran sungai (DAS). Sekitar 50 persen DAS di Kalsel airnya sudah keruh, karena pengaruh kegiatan pertambangan terbuka yang menimbulkan erosi. Secara kasat mata, akibat pertambangan terbuka di atasnya, mengakibatkan kondisi DAS di Kalsel cukup mengkhawatirkan. Banjir pun kerap mengancam. Akibatnya, saat hujanvdebit air yang melimpah tidak dapat tertampung lagi, sehingga DAS semakin menyempit setelah terpengaruh longsoran atau erosi tanah dari atas lahan yang sudah ditambang. 

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1.      Pembahasan Kegiatan
Dalam pembahasan kegiatan lapangan ini, kegiatan dilakukan di lokasi area penambangan intan tradisional turun temurun, tepatnya di Pendulangan Intan Tradisional, Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru Kalimantan Selatan.
Di lokasi tersebut, dapat kita pelajari kristal dan mineral baik dari segi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan pemasaran. Pertama dari segi pengolahan, praktikan diajak ke salah satu tempat pengerajin batumulia atau bisa disebut juga dengan batu akik. Praktikan dipersilahkan untuk melihat proses dari batuakik tersebut. Proses awalnya yaitu batu dihaluskan untuk mendapatkan ukuran yang sesuai untuk tahap selanjutnya.
 






     Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014
Gambar 3.1.
Proses Penggosokan

Proses selanjutnya yaitu proses penggosokan, dimana batu yang sudah diperhalus, dilakukan proses penggosokan dengan menggunakan alat gosok yang disebut “Aslak” agar batu akik tersebut dapat terlihat bentuk dan warnanya. Setelah proses penggosokan, batu akik tersebut dipanaskan agar pori-pori batu akik dapat rapat dan menyatu. Lalu, proses selanjutnya yaitu pengamplasan, agar batu akik tersebut dapat memiliki harga jual dan juga mendapatkan kilap dari batu akik tersebut. Setelah proses pengamplasan, selanjutnya proses penyanglingan, dengan menggunakan bambu wulung sebagai proses finishing agar batu akik lebih mengkilap.
 






    Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014
Gambar 3.2.
Proses Penggosokan dan penghalusan
Dari segi pemasaran, biasanya para pengerajin melakukan sistem kesepakatan harga kepada pembeli, tergantung pemesanan dan proses pembuatannya. Biasanya juga langsung dipasarkan di Pasar Intan Martapura dengan harga jual yang tinggi.
 






     Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014
Gambar 3.3.
Batu Hasil Penggosokan

Dalam segi eksploitasi, praktikan diajak ke salah satu tempat pendulangan intan untuk melihat proses pendulangan itu sendiri baik dari awal hingga proses pendulangannya. Penambangan dilakukan secara tradisional dengan alat-alat seperti dulang, saringan, pompa air, dan sebagainya. Metode yang digunakan dalam proses penambangannya yaitu metode hidraulicking, yaitu menyemprotkan air dengan tekanan tinggi untuk memberai tanah. Setelah terberai maka lumpur hasil semprotan akan didulang untuk mendapatkan mineral yang dicari. Para pendulang intan bekerja secara berkelompok.
 






                        Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014           
  Gamabar 3.4.
               Proses pendulangan
Satu lubang galian dikerjakan oleh satu atau dua kelompok. Mereka menganut sistem abain, yaitu system bagi hasil antara pemilik lahan, pemilik mesin sedot, penggali lubang, dan pelenggang. Untuk mendapatkan mineral yang dicari, digunakan alat mesin pompa yang dsebut Sluicebox. Menurut warga setempat ada 4 bagian yang terdapat di alat tersebut, yaitu Unyilan, Unyilan Tanggalan, Kasbuk, dan Kotak Pasir.
 






                                Sumber : Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, 2014
        Gambar 3.5.
                                              Sluicebox
Dalam segi Eksplorasi, tim asisten mengajak praktikan untuk melihat dan mencari sampel mineral dan batuan di sekitar daerah pendulangan dengan memplot masing-masing wilayah tempat dimana mineral dan batuan didapatkan. Lokasi pertama ada di pendulangan intan di depan, lalu, tim asisten mengajak praktikan menuju area yang lebih dalam lagi, agar mendapat jenis sampel mineral dan batuan yang berbeda di tempat lain. Praktikan diwajibkan mengumpulkan 4 sampel mineral dan 4 sampel batuan dan di deskripsikan agar identifikasinya didapat. Setelah rangkaian kegiatan semua sudah selesai dilaksanakan, praktikan dipersilahkan untuk kembali ke kampus untuk mengembalikan peralatan yang dipinjam dari laboratorium dan pulang menuju tempat tinggal masing-masing.



BAB IV
PENUTUP




4.1.  Keasimpulan
           Intan atau berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan cahaya.
Proses penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional dengan menggunakan dulang juga dengan cara modern dengan menggunakan mesin penyedot. Ada dua macam cara orang berjualan intan di Marapura ini. Yang pertama, dijual di pusat pertokoan permata, Cara yang kedua adalah yang dikenal di kota Martapura dengan sebutan Pembalantikan  Intan.
Penambangan intan yang tidak memperhatikan aspek lingkungan akan menyebabkan terancamnya daerah sekitarnya dari bahaya erosi dan tanah longsor sebagai hilangnya vegetasi penutup tanah.
4.1.Saran
Saran untuk praktikum Kristalografi dan Mineralogi selanjutnya agar kegiatan praktikum lapangan ini terus dilaksanakan di kemudian hari serta diselingi dengan pengenalan lingkungan penambangan oleh para asisten agar dapat menambah wawasan lain tentang ilmu pertambangan itu sendiri.


1 Komentar:

Pada 7 Maret 2021 pukul 04.29 , Blogger Unknown mengatakan...

Manusia tolol

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda